Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resume Bab 2 (Resensi Buku Prof. DEDDY MULYANA, M.A., Ph.D)


BAB 2
HAKIKAT , DEFINISI , DAN KONTEKS KOMUNIKASI

            Apakaha yang anda pikirkan bila mendengar kata komunikasi ?
Jawaban atas pertanyaan ini amat beraneka ragam, mulai dari berdoa (yang merupakan komunikasi dengan tuhan) bersendau gurau, berpidato, hingga penggunaan alat-alat elektronik yang canggih .Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan di berbagai kalangan, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan.
            Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Latincommunis yang berarti “sama,”1communico,2communicatio,atau communicareyang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan dianut secara sama.
            Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa  komunikasi tidak akn ada komunitas, karena komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan.
            Definisi tentang komunikasi, misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interkasi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman atau bahkan jin.
            Dalam buku ini, komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi manusia (human communication).  Sebelumnnya kita bahas komunikasi hewan selintas membandingkan dengan komunikasi manusia.

KOMUNIKASI HEWAN

            Komunikasi antar hewan berbeda dengan komunikasi manusia. Hewan diduga lebih mampu mendeteksi fenomena alam daripada manusia yang biasanya disebut indra keenam. Komunikasi hewan sangat sederhana ditandai dengan tindakan-tindakan bersifat refleks. Mereka tidak dapat menafsirkan perilaku hewan lain, karena mereka tidak memiliki dan tidak berbagi isyarat simbolik untuk menyesuaikan diri dengan perilaku hewan lain.
            Manusia bukan satu-satunya makhluk yang mampu bekerjasama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, namun mereka adalah satu-satunya makhluk yang berbudaya. Sebagian hewan bekerjasama dengan sesamanya dengan cara elementer. Mereka dilatih lebih baik lagi dalam laboratorium. Kerjasama itu tampaknya mirip komunikasi, meskipun tidak sempurna.
            Dalam dunia hewan, serangga-lah yang menampakkan kualitasnya yang terbaik. Semut, rayap dan lebah diberkahi dengan naluri yang membuat perilaku mereka sangat sosial. Serangga melakukan komunikasi antarindividu. Hewan selain serangga di luar manusia tidak menampakkan kemampuan berkomunikasi dengan kecermatan, namun mereka dapat berkomunikasi melalui berbagai jenis suara untuk menyatakan emosi, menarik perhatian, atau memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Komunikasi serangga tidak melibatkan proses belajar.
            Pada komunikasi ayam, menurut defleur urutan pematukan, dan tindakan mematuk itu sendiri merupakan contoh klasik bentuk komunikasi, yakni komunikasi dengan tanda alamiah (natural sign). Akan tetapi, isyarat itu tidak sama dengan manusia, karena ayam tidak memiliki proses kognitif yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.
            Menurut DeFleur, tindakan komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat belajar ini dilandasi penggunaan tanda alamiah. Esensi suatu tanda alamiah adalah stimulus baru yang mendahului stimulus lain (yang mampu membangkitkan respons) sedemikian rupa sehingga setelah serangkaian pertukaran stimulus itu terjadi, stimulus baru mampu membangkitkan respons, dengan mengabaikan stimulus semula, sehingga membentuk kebiasaan baru pada individu.
            Beberapa hewan berkomunikasi terutama lewat suara mereka, hewan lainnya terutama lewat perilaku mereka, berupa isyarat sederhana, atau kombinasi keduanya. Namun umumnya cara berkomunikasi hewan yang tingkatannya lebih tinggi ini tidak lebih baik daripada komunikasi serangga terutama dalam “komunikasi organisasi”-nya. Organisasi serangga jauh lebih rumit daripada organisasi hewan lain. Alasannya adalah masyarakat bisa eksis berdasarkan naluri dan bahasa. Serangga memiliki yang pertama dan manusia yang kedua, dn hewan lain tidak memiliki keduanya secara memadai.
            Tampaknya naluri hewan berbanding terbalik dengan intelegensinya. Semakin tinggi intelegensinya, semakin rendahlah nalurinya. Namun hanya manusia, hewan yang tingkatannya tertinggi, yang mampu menggunakan kombinasi berbagai suara (bahasa) yang rumit untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa inilah, yakni seperangkat simbol yang mewakili suatu objek, peristiwa atau gagasan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dan bahasa ini pula, sebagai suatu sistem lambang yang punya peran terpenting dalam pembentukan, pemeliharaan, atau pengembangan budaya di kalangan manusia. Komunikasi manusia itu unik berkat kemampuan manusia yang istimewa untuk menciptakan dan menggunakan lambang-lambang, sehingga dengan kemampuan ini manusia dapat berbagi pengalaman secara tidak langsung maupun memahami pengalaman orang lain. Yang membedakan komunikasi manusia dengan komunikasi hewan (dan tanaman) adalah makna. Komunikasi manusia bermakna (meaningful)-penuh dengan makna. Komunkasi hewan dan tumbuhan tidak demikian.
            Setiap makhluk mempunyai bahhasa yang berbeda untuk berkomunikasi, maka sulit bagi makluk hidup yang berbeda untuk berbagi pengalaman secara penuh seperti manusia.

KEANEKARAGAMAN DAN KONTROVERSI DEFINISI KOMUNIKASI

Terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya.
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adlah tingkat observasi (level of observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller , yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.
PERILAKU PENERIMA
PERILAKU SUMBER
Perilaku tidak disengaja
Perilaku disengaja
Simtom
Nonverbal
Verbal
Tidak diterima
1A
Perilaku simtomatik tidak dipersepsi
2A
Pesan nonverbal tidak dipersepsi
3A
Pesan verbal tidak dipersepsi
Diterima secra insidental
1B
Simtom dipersepsi secara insidental
2B
Pesan nonverbal insidental
3B
Pesan verbal insidental
Diperhatikan
1C
Simtom diperhatikan
2C
Pesan nonverbal doperhatikan
3C
Pesan verbal diperhatikan
 FIGUR 2.3 perilaku yang berhubungan dengan komunikasi

            Dalam Figur 2.3, kolom pertama terdiri dari perilaku sumber yang tidak disengaja. Perilaku ini simtomatik karena dapat ditafsirkan sebagai suatu keadaan sumber seperti kelelahan, kegugupan, atau kemarahan. Kolom kedua terdiri dari perilaku nonverbal yang secara sebgaja dikirimkan kepada orang lain, seperti melambaikan tangan, dsb. Kolom ketiga meliputi tindakan verbal, atau berorientasi-bahasa, seperti menulis surat, bercakap-cakap atau berpidato.
            Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.
            Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli komunikasi tersebut dakam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistik) yang penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/pengirim (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima yng pasif.
            Dalam pendekatan saintifik oarang yang terlibat dalam komunikasi dikategorikan sebagai pengirim pesan dan penerima pesan, dalm pendekatan yang humanistik, mereka disebut peserta komunikasi atau keduanya disebut komunikator.
            Tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi. Bentuk umum tindakan orang yang terlibat komunikasi, yaitu penciptaan pesan dab penafsiran pesan. Komunikasi manusia melibatkan setidaknya dua orang, meskipun dua orang tersebut tidak bertatap-muka atau bahkan tidak sejaman.
            Komunikasi dengan diri sendiri (komunikasi intrapribadi) tidak dibahas dalam ilmu komunikasi, lebih dikenal dalam disiplin psikologi. Komunikasi intrapribadi takkan pernah terjadi bila manusia tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain , karena konsep diri seseorang hanya akan tumbuh lewat komunikasi dengan orang lain.

TIGA KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI

Konseptualisasi komunikasi menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M Bodaken

Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
            Pemahaman komunikasi sebagi proses searah kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun tidak keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab dan komunikasi massa (cetak dan elektronik)
            Pemahaman komunikasi searah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber”. Ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain.
            Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan bersifat instrumental dan persuasif.
            Lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu sumber , komunikator , pembicara, atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber verbal atau nonverbal yang mewakili pesan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Penerima sering juga disebut sasaran / tujuan , komunikate atau khalayak, pendengar, penafsir, yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misal terhibur, setuju atau tidak setuju, dsb.
            Unsur komunikasi yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan / kendala komunikasi (noise / barriers) dan konteks atau situasi komunikasi.

Komunikasi sebagai interaksi
            Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bila yang satu sebagai pengirim maka yang satunya lagi sebagai penerima, begitu pula sebaliknya.
            Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikt lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan-balik (feed back). Tidak semua respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjutnya pengirim. Umpan balim juga tidak harus disengaja. Umpan balik itu sendiri sebenarnya bisa berasal dari saluran komunikasi atau daei lingkungan, sejauh digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikannya.
            Konsep umpan balik dari penerima (pertama) ini sekaligus merupakan pesan penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua).

Komunikasi sebagai transaksi
            Semakin banyak orang yang berkomunikasi, semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.
            Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengren disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran Anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang Anda kemukakan kepadanya juga mengbubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan Anda dan pada gilirannya, mengubah penafsiran Anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya. Menggunkan  pandangan ini tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi.
            Kelebihan konseptualisasi ini adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati.
            Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik verbal maupun nonverbal. Pendekatan transaksional menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan.


KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI

            Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang yang bekomunikasi yang terdiri dari :
1.      Aspek bersifat fisik
Seperti : iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan.
2.      Aspek psikologis
Seperti : sikap kecenderungan , prasangka dan emosi peserta komunikasi.
3.      Aspek sosial
Seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.
4.      Aspek waktu
Yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam )

            Selain istilah konteks yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan(setting), arena, jenis (kind), cara (mode), pertemuan (encounter), dan kategori.
            Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari : konteks fisik, konteks sosial, konteks historis, konteks psikologis dan konteks kultural. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasar konteksnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah : komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Pendekatan untuk membedakan konteks komunikasi adalah pendekatan situasional (situational approach) yang dikemukakan G. R. Miller.
            Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya, komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap-muka, memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan umpan balik segera.
            Kategorisasi berdasarkan tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga paling banyak. Terdapat empat tingkat komunikasi yang disepakati para pakar, yaitukomunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan  komunikasi massa. Beberapa pakar lain menambahkan komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik (komunikasi dua-orang) dan komunikasi publik (pidato depan khalayak).

Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks lainnya. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.

Komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus komunikasi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, dsb. Ciri komunikasi diadik adalah : pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, mengirim dan menerima pesan secara stimulan dan spontan, baik secara verbal atau nonverbal. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Komunikasi ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya.

Komunikasi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagian dari kelompok tersebut, meskipun mempunyai peran berbeda. Misalnya : keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, dsb. Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil bersifat tatap-muka. Komunikasi kelompok melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi publik
Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Atau sering disebut juga pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah kelompok-besar (large-group communication) untuk komunikasi ini.
            Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Ciri komunikasi publik adalah : terjadi di tempat umum ( publik ), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lain yang dihadiri sejumlah besar orang ;merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk menjalankan funfsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dsb. Komunikasi publik serimg bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan atau membujuk.

Komunikasi organinisasi
Organizational communication terjadi dalam organisasi bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam jringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi sejawat juga gosip.

Komunikasi massa
Komunikasi massa (massa commnnication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang besar yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serantak dan selintas (khususnya elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.




Konteks-konteks komunikasi lainnya
Konteks komunikasi dapat dirancang berdasarkan kritris tertentu. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante membandingkan tiga cara komunikasi antara komunikasi antarpribadi, komunikasi medio, dan komuniaksi media masssa.

Antarpribadi
Massa
Medio
Komunikator
Independen
Organisasi kompleks
Individu atau organisasi
Pesan
Pribadi atau terbatas
Umum
Pribadi atau terbatas
Saluran
Vokal
Elektronik dan cetak
Vokal dan elektronik
Khalayak
Individu atau kelompok kecil
Massa
Individu kelompok kecil atau massa
Umpan balik
Segera
Tertunda
Segera atau tertunda
Kontak
Primer
Sekunder
Primer atau sekunder
Contoh
Diskusi keluarga
Berita TV
Telepon

FIGUR 2.5  Perbedaan-perbedaan penting dalam cara komunikasi

Konteks komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang, kejuruan atau kekhususan, sehingga menjadi : komunikasi politik, komunikasi kesehatan, komunikasi pertanian, komunikasi bisnis, komunikasi instruksional, komunikasi pembangunan, komunikasi antarbudaya, komunikasi internasional, dan komunikasi antar galaksi.

2 komentar untuk "Resume Bab 2 (Resensi Buku Prof. DEDDY MULYANA, M.A., Ph.D)"