Resume Ekonomi Pancasila
BAB I
EKONOMI PANCASILA
Mubyarto (editor)
Boediono (editor)
Ekonomi Pancasila
sebagai sublimasi dari aspirasi bangsa Indonesia telah dirumuskan dalam
Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 kita Lahirnya Pancasila dan UUD 1945 itu
sendiri merupakan :suatu puncak prestasi
perkembangan kultural dan intelektual yang dicapai oleh bangsa indonesia .Namun
dengan dicapai puncak tersebut bukanlah berarti tugas selesai.
Proses merumuskan dan
kemudian melaksanakan isi dari ekonomi pancasila adalah proses yang panjang dan
bersinambungan yang tidak berakhir dalam
1 satu atau dua generasi saja .
Proses sejarah bangsa
kita dapat ditafsirkan sebagai proses upaya bangsa dalam mencari , menyaring
dalam memantapkan isi dari Pancasila.
Dalam perjalanan
sejarahnya, sistem perekonomian indonesia mengalami pasang surut, yaitu
dalam rangka trial and eror mengolah
perekonomian bangsa untuk mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur dengan
modal struktural perekonomian yang diwarisi dalam masa penjajahan.
Dua jenis perekonomian yang pernah dilaksanakan di negara
kita adalah :
Ekomoi Liberal dan
Ekonomi Terpimpin masing-masing dengan kekuatan dan kelemahannya.
Kelemahan-kelemahan yang
terlampau merugi dari perekonomian yang
bersifat terlalu Liberal disatu pihak dan kemudian dan terlalu bersifat komando dipihak lain, telah menyadarkan
bangsa indonesia bahwa sisitem ekonomi pancasila yang telah disepakati bangsa
kita pada saat kita menyatakan kemerdekaan, benar-benar perlu dilaksanakan
secara konsukuen.
Periode sejarah perkembangan bangsa sejak lahirnya orde
baru adalah merupakan periode yang berjalan secara sangat cepat, dimana
berbagai teori pembangunan ekonomi telah dicoba dan dilaksanakan secara konkrit
dalam berbagai sektor dan cabbang perekonomian.
Periode yang demekian
cepat seperti itu belum pernah kita alami karena belum pernah dalam masa-masa
sebelumnya, bangsa kita menempati pembangunan ekonomian pada urutan tertinggi.
Berbagai gejolak politik dan sosial kita alami menunjukan
bahwa bangsa indonesia cepat memberi reaksi perkembangan-perkembangan yang
dianggap tidak serasi atau cenderung tidak mengarah pada tujuan pembangunan
yang telah menjadi kesepakatan atau konsensus nasioanal.
Kalo bangsa indonesia sendiri telah melakukan berbagai
“eksperimen” dalam usaha mengisi dan merealasikan apa yang telah konsesuskan
sebagai cita-cita nasional, maka perguruan tinggi, sebagai unsur bangsa,
harusnya ikut serta secara aktif dalam “eksperimen” tersebut.
Perguruan tinggi,
sebagai lembaga ilmiah tinggi, mempunyai posisi yang unik dibandingkan dengan
unsur-unsur masyarakat lain, dalam bidang perumusan konsep-konsep yang akan
menjadi landasan bagi “eksperimen” nasional tersebut.
Atas dasar pemikiran
inilah fakultas ekonomi UGM memprakasai seminar dan penerbitan buku mengenal
ekonomi pancasila ini.
Bab pertama ini dimaksudkan tidak hanya sebagai rangkuman
dari berbagaik karang yang mengikutinya, tetapi juga sebagai penulusur benang
merah yang merangkaikan ide-ide dasar yang diungkapan oleh para penulis dalam
buku ini.
Apa yang dihasilkan oleh
para penulis dalam buku ini mungkin hanya satu lankah kecil dalam mata rantai
proses pemberian isi kepada konsep ekonomi pancasila yang dicita-citakan.
Namun tigas pengkajian
dan pengisian konsep ekonomi pancasila bukanlah tugas kelompok orang saja akan
tetapi adalah tugas seluruh bangsa indonesia yang ingin memandang kedepan.
Oleh sebab itu buku yang
menyoroti ekonomi pancasila dari berbabagi segi ini, harusnya dipandang sebagai
satu mata rantai dalam “lari estafet”dalam pengkajian ekonomi pancasila.
Aapa apa yang tertulis
disini perlu dikaji kembali, diuji , disempurnakan oleh mereka yang menerima
tongkat estafet berikutnya.
Dibawah ini kami sajikan bagi pembaca apa yang menurut
editor adalah benang merah yang merangkaikan ide-ide dasar para penulis.
Rangkuman yang disajikan
disini jelas bukan penganti dari pada membaca masing-masing karangan.
Kami (Editor) berpendat
bahwa masing-masing penulis berhak tampil dengan gaya ungkapan dan bahsanya sendiri , dan demikian pula pembaca
berhak mengambil kesimpulan-kesimpulannya sendiri tanpa banyak terpengaruh oleh
interpretasi editor.
Oleh sebab itu dalam
editing kami berusaha sependapat mungkin warna penulisan dan gaya bahasa
masing-masing penulis tetap seperti dalam konsep aslinya, dan dalam merangkai
tulisan-tulisan ini pun (yang kami lakukan pada Bab ini) kami berusaha
agar pembaca tidak terbatasi ruang untuk
mengambil interpretasinya dan imajinasinya sendiri.
Ringkasan dibawah ini
hanya sekedar penunjuk jalan.
Sarino Manguapranoto menekankan bahwa ilmu ekonomi yang
baik haruslah didasarkan atas konsepsi mengenai filsafat manusia yang benar.
Inti dari filsafat
manusia adalah dicapainya keseimbangan antara aspek badaniah dan aspek
rokhaniah.
Teori ekonomi liberal
atau marxistis yang terlalu didasarkan atas filsafat materialisme atau aspek
kebendaan dari manusia tidak cocok bagi perekonomian Pancasila yang didasarkan
atas cita-cita keseimbangan antara dua aspek manusia tadi.
Ditekankan bahwa ujian
terakhir bagi suatu perekonomian adalah apakah praktek-praktek kebijaksanaan
yang dianut telah sesuai dengan cita-cita yang terkandaung dalam sistem
perekonomian tersebut.
Hidayat Nataaatmadja
meneropong lebih lanjut kelemahan dasar dari ilmu ekonomi yang dikenal
sekarang yang bisa menyesatkan bagi mereka yang menerapkan dalam praktek.
Senada dengan sarino
mangunpranoto, Hidajay mengatakan bahwa “Membangun suatu teori itu sendiri.
Tanpa usaha ini apa yang
akan kita bangun hanyalah sekedar variasi tambal sulam dari teori ekonomi yang
ada “Dikatakannya bahwa ilmu ekonomi yang dirintis oleh Adam sminth dibangun
atas landasan konsepsi prilaku manusia yang superficial, yaitu perilaku manusia
atas dasar, apabila ingin memperoleh pengertian yang benar mengenai perilaku
manusia.
Dosebutkannya bahwa yang
lebih dalam dari pada dan yang melandasi kepuasan konumstif adalah apa yang ia
sebut kepuasan kreatif yang bersifat khas manusiawi dan yang didasarkan
kepuasan kreatif yang bersifat khas manusiawi dan yang didasarkan atas vektor
dasar dalam ruang valuasi yang lebih luas yang mencakup 3 dimensi yaitu cinta,
indah, dan guna.
Pembaca akan dibawa oleh
Hidajat untuk menjelajahi makna dari :kreatufitas” dan bagaimana teori
kesadaran Freud dan Marx bisa dipugar dan diperdalam untuk rangkain perilaku
manusia.
Kesimpulan yang sangatb
penting yang ditarik oleh Hidajat adalah
bahwa dasar yang paling dalam dari perilaku manusia tidak lain adalah ketaqwaan
kepada Allah.
Hanya dengan penafsiran
perilaku manusia atas dasar depth psycholog seperti inilah ilmu ekonomi yang
betul-betul bercorak pabcasila bisa dibangun.
Jalan yang harus kita tempuh untuk membangun dan mengisi
ilmu ekonomi semacam itu memang panjang.
Namun Hidajat telah bisa
memebrika beberapa contoh bagaimana penerapan teori semacam itu, bisa
mengindarkan kita dari berbagai Fallacies yang timbul dari penalaran atas dasar
ilmu ekonomi yang didasarkkan pada kepuasan konsumtiuf Misalnya dalam kaitanya
dengan mencari pengertian “pola hidup sederhana” Hidajat menyimpulkan bahwa “
Perilaku orang indonesia harus diterapkan terhadap sistem regerensi kedirian
bangsa indonesia: ini sering dilupakan dalam praktek
:Seorang PhD bangsa indonesia yang duduk sebagai pegawai
negeri tidak boleh meminta gaji US
$ 3000 perbulan dengan alasan bahwa profesi yang sama mendapat jaminan gaji
sebesar di amerika, Dia harus
sadar bahwa dia tidak dibayar oleh masyarakat amerika yang mempunyai pendapatan perkapita
sebesar US $ 8000 pertahun, melainkan dibayar oleh masyarakat indonesia yang pendapatanya harus US $ 300
perkapita pertahun.
Pola hidup sederhana berkaitan dengan realisme tentang
kemampuan masyarakat tempat dia hidup
dan dihidupi, pegawai negeri yang mempunyai koleksi tiga mobil dinas jelas telah
Terperosok pada pola hidup mewah yang mutlak keliru.
Pengusaha indonesia yang meniru tingkah laku pengusaha
amerika jelas telah mengingkari
Ikrar kebangsaannya.begitu pula anggota korpa diplomatik
yang ingin hidup sederajat
(dalam arti maten) dengan rekannya dari negara maju
dengan alasan agar kita tidak malu pada negara
lain telah berpikir keblinger karena seharusnya mereka malu pada bangsanya
sendiri, karena mereka telah
meminta fasilitas yang tidak sesuai dengan kemampuan bangsanya.
Banyak perangkap-perangkap
normatif yang bisa dihindari kalu depth psychology diterapkan baik dalam ilmu
ekonomi maupun dalam tindakan-tindakan kita sehari-hari.
Ace Partodredja membahas aspek spritual-religius dalam
ekonomi pancasila dengan bertitik tolak pada pengertian bahwa manusia memiliki
tiga aspekm utama yaitu body, mind, dan spirit.
Senada (Meskipun tidak diungkapkan dengan bahasa yang sama) dengan Hidajat, Ace berusaha melihat makna “pembangunan” secara lebih mendalam dan mecapai kesimpulan bahwa agama adalah sumber dasar Ace, adalah pengembangan ketiga aspek manusiawi tersebut secara serasi.
Senada (Meskipun tidak diungkapkan dengan bahasa yang sama) dengan Hidajat, Ace berusaha melihat makna “pembangunan” secara lebih mendalam dan mecapai kesimpulan bahwa agama adalah sumber dasar Ace, adalah pengembangan ketiga aspek manusiawi tersebut secara serasi.
Dawam raharjo melihat makna “pembangunan” pada tingkat
yang lebih operasional dalam mencari makna dari konsep “pembangan” dari sudut
pandangan pancasila, Dawa memabawa kita untuk menjelajahi berbagai arti yang
diberikan mengenai konsep “pembangunan” mulai dari pendapat-pendapat mereka
yang ditarik oleh Dawam adalah bahwa makna dari pembangunan bagi suatu bangsa
harus dilihat dari perspektip sejarah dan dalam konteks sosio kultural bangsa
itu.
Soetrisno P.H meninjau sistem ekonomi pancasila dari segi
sosio kultural sebagaimana sudah mengakar dalam pikiran dan kebudayaan bangsa
indonesia.
Ideologi Pancasila
sebagai falsafah hidupbangsa merupakan supra struktural dan kekuatan mata
ekonomi yang menjadi dasar pola berpikir dan peri kehiduan seluruh bangsa.
Salah satu unsur penting
dari filsafat Pancasila dalam tata
kehidupan perekonomian adalah siatnya yang sosialitas-religius.
Sebagai banga yang
menjunjung tinggi kepercayaan kepada
tuhan yang maha esa, kita percaya bahwa tuhan selalu menuntun manusia bekerja keras,
beramal, dan menjunjung tinggi sifat-sifat kejujuran.
Hodori Yunus menyoroti aspek nasionalisme dalam ekonomi
pancasila dalam karangan yang cukup panjang lebar, Hadori bahkan tidak hanya
membicarkan nasionalisme per se, Tetapi juga banykan lagi aspek-aspek lain yang
berkaitan dengannya.
Lingkup pembahasan
Hadori cukup luas sehingga tidak akan bisa disingkatnya dlaam beberapa alinea
saja.
Oleh sebab itu untuk
memperoleh gambaran yang baik, tidak ada subtistusi dari pada membaca gambaran
yang baik, tidak ada subtitusi dari pada membaca sendiri karangan tersebut (
yang ditulis dengan gaya bahasa yang kami yakin, akan menggungah kembali
semangat patrotisme para pembaca)
Menurut Mubyarto
membahas sila kelima dari pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia, yang dikaitkan secara langsung dengan kebijaksanaan dan
progam-progam pemerataan dan keadilan sosial dalam sistem ekonomi pancasila
menurut Murbyanto terkandung secara jelas dalam jiwa dan semangat UUD 1945. Ini
berarti bahwa tanpa kebijaksanaan dan pogram-pogram khusus
pemerintah,sebenarnya bangsa indonesia sudah harus mampu melaksanakan asas
keadilan sosial dan perekonomian. Hal ini nampak pada ketentuan lain dalam UUD
seperti pemiliharaan Fakir miskin oleh negara dan jaminan pekerjaan yang layak
bagi setiap warga negara.
Soal yang memprihatinkan
dalam pembahasan Keadilan Sosial adalah jauhnya perbedaan antara cita-cita dan
realita antara harapan dan kenyataan sebagai norma pengatur tingkah laku ,
berbagai kebijaksanaan dan program kiranya sudah sangat mencukupi. Tetapi dalam
kenyataan pelaksanaanya ternyata jauh dari cita-cita tersebut.
Boediono membahas
masalah pengendalian makro dalam ekonomi pancasila. Pokok permasalahan yang
dibahas adalah bagaiman corak permasalahan ekonomi makro yang timbul dalam
ekonomi pancasila dan bagaiman corak dari cara-cara pengendaliannya.
Permasalahan makro di sini dibatasi pada permasalahan makro jangka pendek yaitu
inflasi ,pengangguran dan ketimpangan neraca pembayaran.Boediono memulai dengan
menonjolkan lima ciri dari perekonomian pancasila yang mempunyai kaitan
langsung dengan masalah ekonomi makronya beserta cara pengendalianya.
Sistem Ekonomi Pancasila
dicarikan oleh lima hal sebagai berikut :
1. Koperasi adalah sokogru perekonomian
nasional
Peranan dominan dari
koprasi,bersama dengan perusahaan negara dan perusahaan swasta. Kunci padanya
adalah “semua bentuk badan usaha didasarkan pada asas kekeluargaan dan prinsip
harmoni dan bukan pada asa kepentingan pribadi dan prinsip konflik
kepentingan.”
1. Manusia adalah “economic man” social
and religions man”
Sifat manusia yang
terakhir ini bisa dikembangkan setaraf dengan sifat manusia yang terakhir ini
bisa dikembangkan setaraf dengan sifat yang pertama sebagai motor penggerak
kegiatan duniawi (ekonomi).
1. Ada kehendak sosial yang kuat kearah
egalitarianisme dan kemerataan sosial.
2. Prioritas utama kebijakan diletakan
pada penyususnan perekonomian nasional yang tangguh.
Konsep “perekonomian
nasional “ disini ditafsirkan sebagai pemumupukan ketahanan nasional dan
pemberian prioritas pemupukan ketahanan nasional dan pemberian prioritas utama
pada kepentingan nasional untuk mencapai suatu perekonomian yang
mandiri,tangguh,dan terhormat di arena internasional dan yang didasarkan atas
solidaritas dan harmoni di dalam negeri.
1. Pengandalan pada sistem desentralisasi
dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang
kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan
dalam cita-cita koperasi.
Boediono kemudian
menarik implikasi dari kelima ciri tersebut bagi permasalahan dan pengendalian
makro dan menyimpulkan antara lain bahwa:”inflasi masih bisa timbul karena ciri
desentralisasi dari ekonomi pancasila. Namun berbeda dengan dengan
sistem-sistem lain dalam sistem perekonomian pancasila terdapat “built in
stabilizer” yang lebih baik karena adanya keempat ciri lain tersebut. Para
perilaku ekonomi dalam perekonomian ini lebih responsif terhadap instrumen
semacam ini di banding dengan para pelaku ekonomi dalam perekonomian yang
dilandaskan pada materialisme semata-mata.
Masalah pengangguran
jangka panjang hanya bisa dipecahkan dengan pembangunan ekonomi tetapi masalah
pengangguran jangkan pendek dalam ekonomi panscasila akan jatuh lebih mudah
diatasi asalkan kita setia dalam ucapan dan tindakan kita pada norma
“egalistarianisme”. Masalah ketimpangan neraca pembayaran erat kaitanya dengan
sampai berapa jauh konsep “perekonomian nasional” tersebut diatas diterapkan
dalam praktek.
Secara umum disimpulkan
bahwa tercapainya suatu “perekonomian nasinonal” akan sangat meringankan
masalah neraca pembayaran.
Kaptin selanjutnya
menjabarkan lebih lanjut aspek-aspek usaha swasta dikaji dari kelima sila
tersebut dan memberikan Uraian-uraian yang menarik yang hanya bisa dinikmati oleh
pembaca apabila membaca sendiri karangan ini.
BAB II
DASAR FILSAFAT EKONOMI PANCASILA
Ki Sarino Mangunpranoto
Dalam menghubungkan ekonomi dan Pancasila atau dalam
“Ekonomi Pancasila” maka pancasila perlu dijadika dasar pikir kefilsafatan
Ekonomi.
Disini penelusuran ilmu
humaniora memegang peranan.
Atasa dasar pikir
tersebut maka Ekonomi secara epistmologis dan antologis adalah ilmu humaniora.
Mungkin segi
prakiskalnya ia termasuk ilmu eksakta.
Ekonomi dipelajari dan dikembangkan
untuk keperluan hidup manusia.
Sebab manusialah yang
memerlukan ekonomi sebagai syarat peri kehidupannya dalam arti yang luas.
Disini terjalin filsafat
ekonomi dengan filsafat manusia
Manusia hidup mempunyai duai sisi yang berebeda bentuk,
namun bersamaan sifat ialah hidup badan dan rokhani, hidup lahir batin.
Keduanya saling
berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan tidak satupun di antara keduanya yang
dominan, kecuali filsafat hidup “materialisme” yang mengukur nilai manusia atas
dasar materi atau faham “aulia” yang memandang hidup abstrak lebih tajam.
Hidup manusia selalu mencari keseimbangan dalam
pertumbuhan dan pengembangan kedua sisi itu.
Filsafat hidup yang
menelusur adanya keseimbangan antara filsafat ekonomi dan filsafat manusia itu
yang dijadikan prinsip hidup bangsa indonesia yang relegious dan beragama.
Anggapan bahwa ekonomi yang diajarkan dan dilaksanakan
kini adalah “ekonomi pancasila” masih eprlu dikaji dalam arti epistemologis,
ontologis maupun praktisikalnya.
Epistemologis berati
mendalami filsafat ekonomi dan filsafat manusianya.
Ontologis berarti
menulusuri proses hidup manusia dengan segala kelengkapan kehidupan dan
penghidupannya sedang praktisikal memberi kenyataan dalam praktek-prakteknya.
Menurut Mubyarto
membahas sila kelima dari pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia, yang dikaitkan secara langsung dengan kebijaksanaan dan
progam-progam pemerataan dan keadilan sosial dalam sistem ekonomi pancasila
menurut Murbyanto terkandung secara jelas dalam jiwa dan semangat UUD 1945. Ini
berarti bahwa tanpa kebijaksanaan dan pogram-pogram khusus
pemerintah,sebenarnya bangsa indonesia sudah harus mampu melaksanakan asas
keadilan sosial dan perekonomian.
Hal ini nampak pada
ketentuan lain dalam UUD seperti pemiliharaan Fakir miskin oleh negara dan
jaminan pekerjaan yang layak bagi setiap warga negara.
Soal yang memprihatinkan
dalam pembahasan Keadilan Sosial adalah jauhnya perbedaan antara cita-cita dan
realita antara harapan dan kenyataan sebagai norma pengatur tingkah laku ,
berbagai kebijaksanaan dan program kiranya sudah sangat mencukupi. Tetapi dalam
kenyataan pelaksanaanya ternyata jauh dari cita-cita tersebut.
Boediono membahas
masalah pengendalian makro dalam ekonomi pancasila. Pokok permasalahan yang
dibahas adalah bagaiman corak permasalahan ekonomi makro yang timbul dalam
ekonomi pancasila dan bagaimana corak dari cara-cara pengendaliannya.
Permasalahan makro di sini dibatasi pada permasalahan makro jangka pendek yaitu
inflasi ,pengangguran dan ketimpangan neraca pembayaran.Boediono memulai dengan
menonjolkan lima ciri dari perekonomian pancasila yang mempunyai kaitan
langsung dengan masalah ekonomi makronya beserta cara pengendalianya.
Sistem Ekonomi Pancasila
dicarikan oleh lima hal sebagai berikut :
Koperasi adalah sokogru
perekonomian nasional
Peranan dominan dari
koprasi,bersama dengan perusahaan negara dan perusahaan swasta. Kunci padanya
adalah “semua bentuk badan usaha didasarkan pada asas kekeluargaan dan prinsip
harmoni dan bukan pada asa kepentingan pribadi dan prinsip konflik
kepentingan.”
Manusia adalah “economic
man” social and religions man”
Sifat manusia yang
terakhir ini bisa dikembangkan setaraf dengan sifat manusia yang terakhir ini
bisa dikembangkan setaraf dengan sifat yang pertama sebagai motor penggerak
kegiatan duniawi (ekonomi).
Ada kehendak sosial yang
kuat kearah egalitarianisme dan kemerataan sosial.
Prioritas utama
kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian nasional yang tangguh.
Konsep “perekonomian
nasional “ disini ditafsirkan sebagai pemumupukan ketahanan nasional dan
pemberian prioritas pemupukan ketahanan nasional dan pemberian prioritas utama
pada kepentingan nasional untuk mencapai suatu perekonomian yang
mandiri,tangguh,dan terhormat di arena internasional dan yang didasarkan atas
solidaritas dan harmoni di dalam negeri.
Pengandalan pada sistem
desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi, diimbangi dengan
perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti
yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi.
Boediono kemudian
menarik implikasi dari kelima ciri tersebut bagi permasalahan dan pengendalian
makro dan menyimpulkan antara lain bahwa:”inflasi masih bisa timbul karena ciri
desentralisasi dari ekonomi pancasila.
Namun berbeda dengan
dengan sistem-sistem lain dalam sistem perekonomian pancasila terdapat “built
in stabilizer” yang lebih baik karena adanya keempat ciri lain tersebut.
Para perilaku ekonomi
dalam perekonomian ini lebih responsif terhadap instrumen semacam ini di
banding dengan para pelaku ekonomi dalam perekonomian yang dilandaskan pada
materialisme semata-mata.
Masalah pengangguran
jangka panjang hanya bisa dipecahkan dengan pembangunan ekonomi tetapi masalah
pengangguran jangkan pendek dalam ekonomi panscasila akan jatuh lebih mudah
diatasi asalkan kita setia dalam ucapan dan tindakan kita pada norma “egalistarianisme”.
Masalah ketimpangan
neraca pembayaran erat kaitanya dengan sampai berapa jauh konsep “perekonomian
nasional” tersebut diatas diterapkan dalam praktek.
Secara umum disimpulkan
bahwa tercapainya suatu “perekonomian nasinonal” akan sangat meringankan
masalah neraca pembayaran.
Perundang-undangan ialah tafsir, masalah batas
implementasi dengan segala sanski-sanksinya.
Bagi negara indonesia
permasalahn perundang-undangan adalah hak dewan perwakilan rakyat bersama
pemerintah.
Namun perguruan tinggi
sebagai lembaga pengembangan ilmu mempunyai kewajiban menjabarkan setiap
masalah yang menyangkut tafsir, pengertian serta implementasinya.
Melalui perkuliahan,
prinsip-prinsip ekonomi sesuai dengan
filsafat pancasila dalam hubungan dengan filsafat manusia.
Indonesia perlu
diajarkan.
Pada akhrinya toh mereka
itu akan menjalankan kebijkasanaan ekonomi sebagai pejabat pemerintah dalam
menentukan kebijaksanaan Ekonomi Negara.
Perguruan Tinggi bertanggung jawab pada instanso akhir
atas jawaban pertanyaan adalah ekomi yang berlaku sekarang benar-benar
mempunyai sifat dan bentuk “ Ekonomi Pancasila”
BAB III
KARSA MEMBANGUN ILMU EKONOMI PANCASILA
Hidajat Natartamdjo
Himbauan Myrdal
Kita para ahli ekonomi dan ilmuwan sosial lainya melakukan
studi intensif tentang perilaku manusia dan bagaimna motivasi mereka berpijak
kondisional pada segala warisan kebiasaan dan faktor lingkungan .
Disamping itu, kita
mempunyai minat untuk mempelajari proses selektif yang mendasari bagaimna
seorang pemuda menemukan jalur hidupnya dan digiring kedalam lingkungan profesi
yang berbeda-beda, bagaimana suatu pendapat dibentuk bagaimana suatu sikap
muncul , teruatama proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
adminstrator negara, pengusaha , pekerja, majika dalam pasar ketenaga kerjaan
atau pimpinan politik dan pengikut-pengikutnya.
Juga bagaimana
orang-orang mengunakan waktu libur merekea bagaimana mereka kawin dan berusaha
membangun kehidupan keluarga, bagaiamna sebagian dari berusaha membangun kehidupan
keluarga bagaimana sebagian dari mereka menjadi pencoleng petualang, atau
terlibat dalam dunia pelcuran.
Pendeknya kita semua
sangat memeperhatikan perilaku manusia dan motivaisnya dala segala jenis
profesinya kelas sosial ataupun geografis.
Pendahuluan
Turut bergembira atas prakarsa Fakultas UGM untuk
merintis karasa membangun pabcasila baru-baru ini pada peringatan 25 tahun
Fakultas UGM, saya mencoba ikut berpartisipasi mengungkapkan beberpa ide yang
sudah mulai digarap sejak tujuh tahun yang lalu.
Terima kasih atas kesediaan Fakultas Ekonomi UGM
memberikan kesempatan pada penulis untuk mengungkapkan ide-ide tersebut dalam
forum diskusi ilmiah yang akan sangat membantu pengemabnagn ide tersebut.
Teori Kepuasan Kreatif
Membangun suatu teori baru berarti kita harus memulai
dari landasan filsafat teori ekonomi itu sendiri.
Tanpa usaha ini apa yang
akan kita bangun hanyalah sekedar variasi tambal-sulam dari teori ekonomi yang
ada.
Kalau Adam Smith membangun teori ekonomi didasarkan pada
kepuasan konsumtif, maka saya mencoba membangun teori ekonomi didasarkan pada
kepuasan kreatif.
Saya akan mengemukakan superioritas teori ekonomi baru
ini terhadap teoeri ekonomi Simthian dalam segala bentuk modikiasinya yang kita
kenal dewasa ini.
Di antara superioritas
itu adalah sebagai berikut :
1. Kepuasa kreatif adalah khas manusiawi, sedangkan
kepuasan konsumtif berlaku bagi
manusia maupun binatang
2. Kepuasan kreatif langsung bisa dikaitkan deng ajaran
agma , yakni kreasi sebagai amal
kepentingan bersama.
3. Kebahagian kreatif jelas bersifat spiritual yang tidak
bisa dipandang sebagai derival dari
kepuasan konsumsi
4. Dalam teori baru, kepuasan konsumsif tetap
dipertahankan tetapi disbordinasikan
pada kepuasan kreatif konsumsi obyektif mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkan kreatifitas
jelas ada konsumsi yang haram yakni konsumsi
yang merusak kreatifitas.
5. Konsumis mania atau conspicuous consumption menurut
versi Veblen adalah akibat
filsafat konsumersi Smithian.
6. Teori baru ini bisa mengakomodasikan etika karya dari
Weber dan sekaligus teori kerja
yang dianggap oleh Ricardo dan Karl Marx
7. Kepuasan kreatif bisa dipandang aditif ,sehingga dapat
dibuktikan adanya fungsi
kesejahteraan sosial yang telah dibuktikan tidak ada oleh Arrow.
8. Keseimbangan ekonomi yang terjadi dengan berlakunya
upah sebanding dengan prestasi,
sangat sesuai dengan teori kreatifitas dan sebaliknya “ tidak bisa diterangkan” dengan teroi
ekonomi Smith yang menghendaki power equalibium
di mana pda seseorang sebanding dengan kekuasaanya.
9.
Persaingan pasar bukan persaingan anjing- makan – anjing melainkan persaingan kreatifitas dengan
sepenuhnya memepertahankab kaidah-kadiah moral.
10.
Teori ekonomi baru ini sangat cocok sebagai dasar ilmu kewiraswastaan atau kewirakarsaan.
Secara
formal matematis kurva permintaan dan penawaran dalam arti agregrat dapat dilihat pada Gambar 1
Y y
p p
Gambar 1
Keterangan
1 Kurva Konsumsi
Y =Agregat
komoditi dan jasa
Z =Kepuasan
konsumtif dalam arti obyektif
F (C)
=Kurva subyektif
F (A,B)=Kurva obyektif
2.Kurva produksi
X =agregat
sumber daya
F (B), F (A), F (C), menyatakan
perbedaan kreatifitas pada tingkat teknologi yang sama
3. Kurva permintaan
DC =Kurva
subyektif
DAB =Kurva
obyektif
4. Kurva penawaran
SA =Pada
tingkat kreatitas tinggi
SB =Pada
tingkat kreatifitas sedang
SC =Pada
tingkat kreatifitas rendah
Teori Kreatifitas
Karena
kreatifitas diadilkan landasan teori ekonomi wajib bagi kita untuk mengungkapkan
secara tajam tentang proses kreasi itu sendiri
Hakekat terjadinya kreatifitas dapat
dicari dacholar Summer 1979
Garis
besar teori einstein” mengenal kreatifitas diperlihatkan pada
Gambar 2
aaa
babbabas
Gambar 2
E = Totalitas dari pengelaman
langsung (keindraan)
A = Sistem aksioma yang diciptakan
S = Teorema turunan
Proses kreasi berlangsung dalam lingkaran E –
A – S – E. Bagaimana pendapat Einsten tentang tahapan – tahapan itu dapat kita
sederhanakan sebagai berikut:
1. Tahap
dari E ke A adalah suatu“lompatan”. Tahap ini bukan jalur logikamelaikan
“jalur intulsi yang di tunjang oleh rasa simpan bersentuhan dengan pengalaman” ,
yang pada prinsipnya selalu ditinjau
kembali.
2. Thapa
dri A ke S menempuh jalur logika, yang sifatnya deduktif
3. Tahap
dai S ke E pada prinsipnya adalah ekstra logika tau intutitif juga seperti dari E ke A
Selanjutnya Holton mengungkapkan
bagaimana lompatan dari E ke A itu dari arti psikologis.
Dia
bilang “kita berhadapan, pada prinsipnya.
Dengan
proses pribadi dalam penciptaan suatu
teori atau inovasi, yang tidak terbuka untuk diperlihatkan pada orang lain atau
bahkan sedikit sekali dimengerti oleh si pencetus gagasan itu sendiri.
Tapi
lompatan dari E ke A dalam tahap pencarian ini mencerminkan saat yang teramat
berharga dari suatu kelahiran imajinasi, sebagai respon terhadap “Motivasi
Keagungan” dari “pesina pengenalan” yang muncul dari pertemuan dengan
pengalaman (E) yang “semerawut’.
Menurut
Einsten, “untuk keluar dai perangkap ke-“semrawut”an dalam dunia pengelaman
pribadi itulah seorang ilmuan, cedekiawan atau seniman menegaknan suatu
bayangan cerah yang disederhanakan dan menggangkatnya ketitik pusat gravitasi
kesadaran emosional”.
Demekian
menurt Gerald Holton penjelasan einsten tentang pengalaman kreasi.
Dar teori kreativiats di atas jelas
– bagi kita orang beragama – bhwa kreatifitas itu mempunyai arti gaib, sebagai
suatu ilham yang di berikan pada manusia yang beriman.
Dari
seorang psikolog modern (humanistik) Abraham Maslow, kita memperoleh gambaran
psikologis yang sesuai, yakni bahwa kreativitas muncul bersamaan dengan suatu
“pengalamn puncak”, suatu rasa kebahagiaan yang mustahil secara tepat bisa di
lukiskan.
Itulah
hakekat psikologis dari kebahagiaan kreatif yang menjadi dasar bagi ekonomi
baru
Teori Kesadaraan
Dengan di ketemukannya konsep
kreatifitas dan kaitan dengan teori ekonomi kita perlu melangkah ke perlusan
dan pendalaman konsepsi mengenai kesadaran manusiawi.
Dalam
hal ini saya mencoba menyempurnakan karsa yang telah di rintis oleh Karl Mark
dan Sigmund Freud.
Garis besar teori kesadaran yang
barudi perlihatkan pada gambar 3 .
Terlihat
bagaimana kesadaran ini menjangkau ke kedalaman desa rasa, ke dasar dunia
meta-empiris yang menjadi sumbernya.
Perilaku
Kesadaran rasional
Eiditik
Analitik
Motivasi konsumtif
Freudian
Marxian
Motivator kreatif
Moral
Transpersoanal
Kesadaran meta-emperis
Ruang – waktu – enersi
Cinta – indah – guna
Keperiadaan Spiritual
Iman dan taqwa
Citra Illahi
ALLAH
Gambar 3
Kalau kita bandingakan
tingkat-tingkat kesadaran seperti terlihat pada Gambar 3 dengan “teori”
kesadaran sepeti yang diajarkan dalam Buddihisme, yang diungkapkan pada uraian
selanjutnya dalam tuliasan ini, akan nyata sekali kesamaannya!
Itualah
salah satu bukti bagaimna landasan ilmiah filsafaf yang baru ini mampu
mengungungkapkan arti ajaran agama.
Hal
ini sama sekali tidak berarti bahwa kita tidak memerlukan lagi ritual agama
karena. Kepekaan citra agamawi hanya mungkin diasah dan dikembangkan melalu
ajaran-ajaran agama.
Ilmu
pengetahuan hanya menunjukan apa arti hakekat ajaran agama itu dalam versi
ungkapan rasional, atau kaitannya dengan kesadaran rasional.
Perhatikan jalur kreatif disebelah
kiri.
Manusia
kreatif “mengangkat” pengalam ampiris itu ketingkat kesadaran rasional dengan
motivasi kreatif yang didorong dari “bawah” oleh kesadaran metefisik yang
menjadi dasar dunia realiti yang kita kenal.
Menurut Einstein kemampuan intuitif berkembang bersama-sama dengan kreativitas seseorang.
Menurut Einstein kemampuan intuitif berkembang bersama-sama dengan kreativitas seseorang.
Tapi dalam jalur edukatif kita
cenderung mengangungkan rasio, karena suatu ilmu pertama-tama diajarkan secara
rasional dahulu, baru para siswa diberi pelajaran prakitikum untuk mengenal
realita yang menjadi dasar teori rasional.
Hukum-Hukum
Dasar Keperiadaan
Untuk meninjau segala bidang
keilmuan sosial secara menyuluruh perlu diungkapkan garis besar
penemuan-penemuan di bidang epist-mologi yang tidak sempat dibahas secara
terperinci dalam tulisan ini.
1.Hukum Dasar Keperiadaan Pertama
atau Teorema Inisiasi Tiada keraguan yang
tidak berakar pada keyakinan.
Itulah hakekat iman yang harus
ditegakan dalam dunia ilmiah
Landasan keyakinan yang terdalam
sifatnya agamawi, yakni keyakinan manusiawi
tentang hakekat kebenaran.
Dengan hukum dasar ini kita merobohkan
landasan filsafat yang dibangun oleh
Descartes.
Itulah hakekat mengapa ilmu
pengetahuan tergantung pada aksloma yang memanifestasikan
keyakinan a priori itu dan mengapa Einstein yakin bahwa landasan aksioma mustahil bisa diciptakan melalui jalur logika.
Ketahuilah bahwa logika tidak akan
“hidup” tanpa keyakinan.
Ketahuilah juga bahwa mustahil
manusia mengenal motivasi tanpa keyakinan.
2.Hukum Dasar Keperiadaan Kedua atau
Teorema Goedel Weisskopf.
Hukum ini menyatakan bahwa mustahil
ilmu pengetahuan bisa membenarkan
dirinya.
Ya, karena aksioma itu pada
prinsipnya tidak bisa membenarkan dirinya.
Ilmu pengetahuan sebenarnya hanyalah
suatu “tautologi” yang bisa menyatakan
bahwa “ini benar apabila itu benar”
Hal ini berarti bahwa ilmu
pengetahuan itu sendiri tidak pernah menyentuh
Kebenaran sejati, karena hakekat
kebenaran sejati itu sifatnya agamawi.
3.Hukum Dasar Keperiadaan Ketiga
atau Hukum Pertama Manunggalnya
Realita.
Hukum ini mengatakan bahwa tiada
sesuatu di alam ini – betapapun besar atau
kecilnya –yang tidak dipengaruhi oleh bagian alam yang lain.
Mustahil ada benda yang bisa berdiri
sendiri.
Kekeluargaan atau “belonging-ness”
merupakan asas universal.
Dalam bidang operasional munsul
prinsil keunikan sistem kedirian sebagai manisfestasi
asas kekeluargaan itu.
Dengan prinsip ini kita telah mampu
merobohkan teori realitivitas Einstein dan membangun
alternatif baru.
4.Hukum Dasar Keperiadaan Keempat
atau Hukum Kedua Manunggalnya
Realita.
Hukum ini menyatakan bahwa
keseluruhan tidak sama dengan jumlah masing
-masing bagiannya.
Mustahil kita mengenal realita
secara holistik dalam arti ‘unbiased’ dengan
Sekedar mengetahui bagian-bagian
realita, bagaimanapun banyaknya bagian
Yang kita ketahui.
Hukum ini memberikan petunjuk bahwa
ajaran agama itulah gambaran holistik
mengenai alam semesta, materi manapun spiritual.
Dengan modal gambaran holistik
itulah bisa bergerak maju dalam evolusi kreatif.
Kini kita juga menyadari “naivette”
yang berkaitan dengan doktrin “dibagi habis”
dalam struktur birokrasi kepemerintahan.
5.Hukum Dasar Keperiadaan Kelima
atau Hukum Imperiatif Metafisika.
Mustahil ilmu pengetahuan dibangun
diatas dasar emperisme dan rasionalisme
saja.
Ilmu pengetahuan harus dibangun
diatas dasar keperiadaan meta-empiris atau
meta-fisik.
Ketahuilah bahwa ruang,waktu, dan
enersi merupakan landasan meta-fisik
Yang mendasari ilmu-ilmu kebendaan.
Ilmu sosial kini hanya mengekor saja
pada ilmu-ilmu sosal dibangun diatas landasan
meta-fisik baru sebagai manifestasi keperiadaan spiritual yang mustahil bisa diturunkan dari keperiadaan
materi atau bisa dinyatakan
Sepenuhnya dalam “dimensi tiga”.
Mencari
Landasan Metafisik Baru
Lama sebelum Newton “menemukan” arti
ruang dan waktu manusia telah mengenal arti ruang dan waktu sejak manusia
menjadi manusia .
Apa
yang belum diketahu oleha manusia purba –bahkan oleh para ilmuwan sebelum
Newton – adalah ari opersional dari ruang dan waktu dalam segala perilaku
kebendaan.
Karena itu hakekat metafisik tidak
dicirikan oleh kesulitan dan kegaibannnya, melainkan justru oleh kesederhaan
dan keseharusannya.
Manusia telah mengetahuinya meskipun tidak ada guru yang bisa mengajarkannya.
Manusia telah mengetahuinya meskipun tidak ada guru yang bisa mengajarkannya.
Dala pencarian inilah saya sampai
pada kesimpulan bahwa landasan metafisik yang saya maksud tidak lain dari tiga
“vektor dasar dalam ruang valuasi” yakni cinta, indah dan guna.
Keliruan
kita adalah menerangkan ketiga cita nilai ini dalam arti ilmiah, yakni
memandang ketiga cita nilai itu sebagai derivat pengalaman empiris.
Apa yang harus kita lakukan adalah
menggunakan ketiga cita nilai primer itu runtuk menerangkan segala perilaku
manusiawi dalam dunia sosial.
1.Kreatifitas muncul kalau manusia
mencitai profesinya
2.Cinta mengundang pengabdian
kewajiban, pengorbanan, ini “bukti” bahwa cinta
merupakan dasar cita nilai agama.
Itulah sebenarnya salah satu
manifestasi dari Nur Ilahi .
Karena itu sumber cinta adalah Allah
seperti tersurat dan tersirat dalam ayat tunggal
Bismillahirrahmannirahim.
3.Manusia merdeka adalah manusia
yang telah mengenal Khaliknya sebagai
Sumber cinta.
Yakni mereka yang dengan rela
mengabdi pada Allah.
Biasanya manusia mengabdi pada
obyek-obyek cinta yang dipandang sebagai
sumber cinta itu sendiri, mislanya seks, uang, jabatan, dan sebagainya.
Mustahil manusia seperti itu bisa
menegakan masyarkat merdeka.
4.Kebahagiaan manusiawi berkaitan
langsung dengan menyalkannya.
Cinta sebagai Nur Ilahi di hatinya.
5.Kesejahteraan sosial akan mauncul
dalam masyarakat merdeka dalam
Arti itu.
6.Hanya orang-orang merdeka bisa
mencapai hikmah permuswaratannya mencapai
mufakat untuk kepentingan bersama.
Kini menjadi jelas apa arti filsafat
negara Pancasila.
Kini
kita tahu mengpa dalam Mukadimah UUD ’45 disebutkan bahwa kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan hanya bisa diberikan dengan kekuasaan Ilahi.
Ilmu
Pengetahuan Filsafat dan Agama
Kini kita bisa melihat hubungan
anatara ilmu pengetahuan, filsafat dan agama dengan mengungkapkan apa
sebenarnya wilayah pengenalan yang hak dari bagian-bagian keilmuan itu yang
diperlihatkan dalam skema dibwah ini
Ilmu
Pengetahuan Agama
1.Parsial 1.Holistik
2.Kebetulan
dan Kebenaran 2.Kebenaran
holistik dan Universal
Parsial
3.Ilmu
yakin 3.Ainul
yakin
4.Relatif
dan kondisional 4.Mutlak
dan tanpa syarat
5.A
prosteriori 5.A
priori
Filsafat mencoba merangkum
pengetahuan ilmiah itu menjadi satu untuk kemudian diberi validasi agamawi.
Yaitulah
hakekat karsa mencari kebenaran sebagai konvergensi pengetahuan ilmiah ke
landasan penghayatan agama, agama sebagain Jalan Lurus yang diridhoi Allah.
Proses
Perkembangan Kesadaran Menurut Buddhisme
Buddhisme adalah saudara sekandung
Hinduisme sebagaimana islam bersaudara dengan krsiten.
Mengenal
ajaran Hinduisme telah kita ungkapnya kaitannya dengan teori kesadaran
Pengenal saya terhadap Buddhisme dan
Hinduisme sangat terbalas karena itu saya tidak akan berbicara terlalu banyak ,
kecuali mengungkapkan apa yang diketahui kia “ penggembalaan Lembu” yang
dikenal dala Buddhisme aliran zen.
Saya
hanya akan mengetengahkan pendapat Chogyam Trungpa dalam bukunua Mudra .
Kias
pengembalaan Lembu terdiri dari sepuluh simbolis dibawah ini ..
1.Mencari Sang Lembu.
Inspirasi yang muncul dalam tahap
inisiasi ini, yakni tahap mencari sang lembu
2.Menemukan Jejak Sang Lembu
Dengan mengeal sumber anda akan
menemukan persepsi yang disebut Empat
kebenaran Agung anda melihat bahwa rasa sakit itu muncul dari konflik yang diciptakan oleg sang ego
dan kemudia anda menemukan jejak sang
lembu.
3.Menemukan Sang Lembu.
Anda akan terkejut waktu anda
menemukan sang lembu itu, karena tiada lagi rahasia
yang menutupi kesdaran anda, anda heran apakah benar lembu itu ada di sana, anda baru merasakan arti
kualitatif non substantif dari sang lembu
itu.
4.Menangkap Sang Lembu.
Setelah melihat sang lembu anda
menyadari bahwa kebajikan dan disiplin saja
tidak cukup untuk menghadapi proyeksi kedirian anda, karena anda masih harus melapau rasakan batas naluri
agresif
5.Menjinakan Sang Lembu.
Sesudah tertangkap penjinakan sang
lembu akan berhasil melalui ketepatan meditatif
menjangkau kehakekat kesadaran dalam arti keluasan dan kedalamannya.
6.Membawa Sang Lembu Ke Kandang
Masalah pencarian sang lembu telah
tiada.
Akhirnya sang lembu tunduk pada
perintah anda sebagai majikannua dan menjelmah
menjadi perbuatan kreatif.
7.Sang Lembu Dilampau-rasakan.
Pada tahap ini bahkan kebahagiaan
dan warna menjadi tanpa ada makna
8.Sang Lembu dan Sang Diri
Dilamapu-rasakan pada tingkat ini
tidak ada lagi pemisahan antara perjuangan
dan bukan perjuangan .
9,Mencapai Sumber
Karena ruang keterbukaan dan
ketiadaan rasa takur membuka segala peluang
bagi anda untuk memanifestasikan segala profesi anda miliki , maka kebijakan menjadi hal yang teramat wajar.
10.Di Dunia
Nirmanakaya adalah tingkat sempurna
di bumi ini, aktuasinya terasa seperti
kias rembulan yang memantulkan
sinarnya
Itulah terjemahan bebas dari kias
menggembala sang lembu yang diungkapkan oleh Chogyam Trungpa dalam Mudra.
Chogyam sebenarnya mengungkapkan
secara lugas proses psikologis yang mendasari perkembangan evolusi kesdaran
manusia dari tingkat kesadaran manusia dari tingkat kesadaran peria ketingkat
kesadaran brahmana.
Wawasan
Filasafata Negara Pancasila
Pendirian kita tentang Pancasila
dapat dipertajam dengan menampilan sekam berikut gambar 4 dalam skema itu
terlihat bagaimana hakekat ikrar nasional Pancasila berpijak pada jaran agama
Teknologi Teknologi Teknologi Teknologi
Budaya Humanika Biofisika Agama
Ilmu Ilmu Ilmu Ilmu
Budaya Humanika Biofiska Agama
Filsafat Filsafat
Budaya Sains
Filsafat
Nasional
Filsafat
Agama
Evolusi AGAMA
Kreatif
Gambar
4
Filsafat Nasional jelas mempunyai
lingkup nasional, dalam hal ini wawasan nusantara yang tersirat pada asas
lesatuan negara kesatuan bangsa atau
persatuan Indonesia.
Hal ini sama sekali tidak merupakan
kontradiksi, sehinggan kita tidak bisa mngeabdikan keputusan yang pasti kemna
loyalitas individu harus diabdikan.
Prinsip
keunikan sistem kedirian mengajarkan apa artinya hierarki sistem kediriannya
dan bagaimana manusia wajib tunduk pada hieararki kedirian itu, sejak sistem
kedirian egois atau pribadi kesistem referensi komsis atau agama.
Hierarki sistem kedirian ini
terungkap dengan baik dalam urutan sila filsafat negara terutama ketiga sila
pertama yakni,
1.Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
manifestasi sistem referensi komsis atau
agama.
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
, sebagai manifestasi sistem refernsi global
humanisitik
3.Pesatuan Indonesia sebagai
manifestasi sistem referensi Nasional
Selanjutnya bisa dibiktikan bahwa
sila keempat dan kelima mustahil bisa direalisasikan berdasarkan pengalaman
teori-teori ilmiah kontemporer.
Dalam struktur politik , penemuan
landasan filsafat ilmu pengetahuan baru, ini mempunyai arti yang sangat penting
yang akan mampu merubah konstelasi politik dunia.
Pada gambar 5 diperlihatkan struktur
politik dilihat dari kacamata ekonomi, struktur politik yang didirikan oleh dua
polarisasi ekstrim, yakni Liberalisme dan Manxisme.
Diperlihatkan
pula prinsip-prinsip dasar perbedaan pendapat di antara kedua kutub struktur
politik tersebut
Masyarakat
Merdeka Masyarakat
Merdeka
Adil dan Sejahtera Adil
dan Sejahtera
Sistem
Ekonomi Sistem
Ekonomi
Kapitalistik Komunalistik
Teori
Ekonomi Teori
Kerja
Liberal Marx
Pasar
Kompetitif Pasar
Pergaulan
Sempurna Kelas
Tangan Gaib Kepuasan
Konsumtif Kesadaran
Hurmasnis Marxian
Revolusi
Amerika Revolusi
Dan Perancis Marxis
Gerakan
Anti
Gereja
Gsmbar
5
Pada
Gambar 6 diperlighatkan bagaimana struktur politik ekonomi baru, yang merupakan
sitesa dari pola struktural yang diperlihatkan pada gambar 5
Kepemimpinan Masyarkat Merdeka
Pancasila Adil dan Sejahtera
Pendidikan
Model
Pergaulan Model
Kompetitif
Kelas Sempurna
Teori
Permintaan
Dan
Penawaran
Kepuasan
dan Kepuasan
dan
Motivasi Konsumtif Motivasi
Kreatifitas
Teori
Kesadaran Sumber Keilmuan lain
Ketuhan
Yang
Maha
Esa
Ritual
Agama
Gambar 6
Tugas pokok kepemimpinan Pancasila
adalah membina sistem pendidikan yang bisa munculnua manusia-manusia utuh
Pancasila yang tidak lain dari pada manusia merdeka manusia yang telah mengenal
citranya khaliknua manusia yang telah menjadi hamba Allah
Pola
Hidup Sederhana dan Kewiraksrsaan
Akhir-akhir ini kita sering
mendengar tentang pola hidup sederhana dan pemerinatahan menganjurkan agar kita
semua menjalankan sikap hidup sederhana itu.
Sunggguh,
ungkapan yang teramat sedrhana seperti itu ternayat sukar sekali dilakukan
datau bahkan sukar sekali dimengerti oleh manusia modern
Kina kiranya, anda telah menyadari
mengapa pola hidup sedrhana hanya bersemi dibibir.
Semoga
penjelasan ini bisa memberi arti tentang makna ekonomi pancasila yang sedang
kita coba kembangkan.
Semoga
ajaran-ajaran kewiraksaan tidak mendorong munculnya sistem ekonomi kapitalisk,
meskipun dipelopori dan kapitalis kapitalis domestik.
BAB
IV
MENCARI PENGERTIAN TENTANG
PEMBANGUNAN SUDUT PANDANG PANCASILA
M
Dawam Rahaordjo
I
Maksud dari tulisan ini dapat dipandang dari dua
jurusan, pertama adalah ijtihad untuk menemukan arti atau makna, yaitu
pengertian yang lebih mendalam mengenai pembangunan
Dua jurusan lain , tulisan ini ingin
mencari arti dan makna lebih lanjut dari pancasila dalam perkembangan
pengertian mengenai “pembangunan” apabila Pancasila adalah suatu kerangka
filosofi atau teori sosial yang merupakan “A Systematic scheme or coordinated
body of ideas abou human life of culture” yakni rumusan pnegertian ideologi
menurut Paul E Sigmund Jr.
Timbulnya kembali semangat untuk
mengali konsepsi Pancasila menganl masalah-masalah ekonomi dan pembangunan di
indonesia, bukan hal yang kebetulan.
Usaha
semacam ini tetapi dilakukan secara lebih sadar, lebih sungguh-sungguh dan
lebih konsisten telah dilakukan di India, China Srilanka dan Tanzania.
Bahkan
Schumacher telah mengali konsepsi ekonomi buddha sebagaimana yang dihayati oleh
rakyat Burma.
Disrilanka
usaha ini telah melahirkan suatu gerakan kemasyarakatan sarvodaya yang tidak
saja telah merumuskan konsepsi-kosepsi baru, malahan telah mewujdukan realitas
sosial baru
Semua
itu memberi pengaruh terhadap persepsi dunia ketiga maupun pemikiran dibarat
mengenai hakekat pembangunan.
Dengan
begitu tersimpul jug bahwa arti makna dan pengertian mengenal pembangunan
dirasakan perluanya untuk ditinjau kembali
II
Istilah “pembangunan” baru mulai populer di indonesia
kira-kira sekita tahun 1970an ini tidak berarti bahwa sebelumnya kata itu tidak
dikenal.
Sejak itu kata “pembangunan” mulai
mengantikan kata “revolusi”
Demekina
pula istilah “nation and character building” sudah ditinggalkan.
Pada
mulanya secara “sembunyi-sembunyi” beberapa penulis, khsusnya Rosihan Anwar mulai
memperkenalkan istilah pengertian dan keterangan-keterangan mengenal
“modemisasi” akan tetapi kemudia istilah itu, walaupun diterima dikalangan
sebagain intelektual,
Bagi kita di dindonesia terdapat
cukup alasan untuk memeliki kembali konsep pembangunannya dan mencari arti yang
lebih tepat, dengan melihat pada sejarah masa lampau yang terbentuk kelahan
ekonomi sesudah kemerdekaan juga dengan berdasar atau berorientasi pada
pandangan hidup pancasila yang sudah dikonfrontasikan dengan pengalaman pembangunan
sejak tahun 1945, lebih-lebih sejak tahun 1966 yang telah memeberikan bahan
konkrit bagi pemerikiran kritis dan kontemplasi yang lebih mendalam.
Teruta,a
berdasarkan pengalaman pembangunan selama kurang lebih lima belas tahun
terakhir, kita juga telah memperoleh kesempatan untuk merenungkan kembali
konsep-konsep dan teori-teori yang kita terima dari barat lebih tepatnya
bahan-bahan kepustkaan ilmu-ilmu sosial yang selama ini kita kenal dan pelajari
dalam menghadapi masalah-masalah pembangunan
III
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka
istilah “pembangunan” yang kita pakai sehari-hari di indonesia sebenarnya
memerlukan definisi dan pengertia yang lebih jelas, berdasarkan nilai-nilai
yang kita anut, pengalaman sejarah yang kita alami serta lingkungan permasalahn
yang kita hadapi dewasa ini.
Salah
satu cara dan langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah memperlajari
bahan-bahan kepustakan ilmu-ilmu sosial, khususnya dibidang ekonomi, pilitik
dan sosiologi.
Dalam
khazanah kepustakaan itu kita jumpai berbagai istilah yang relevan yangs ring
dipakai sebagai terjemahan dari istilah pembangunan atau untuk menjelaskan
pengertian itu seperti umpananya “development” “modernization” stsu mungkin
juga “progress”
Dengan dasar Pancasila yang menghargai
nilai-nilai individu seimbang dengan nilai-nilai sosial itu, maka betapapun
besar peranan pemerintah dan enagar, namun lembaga kekuasaan itu tidak secara
langsung iningn membangun manusai indonesia seutuhnya dan masyarakat
seluruhnya.
Dengan
demikian , maka tujuan pembangunan yang fundamental adalah “memanusiakan dunia
manusia” atau “membudayakan dunia” yaitu agar manusia dapat melepaskan diri
dari kesengsaraan lahir serta penderitaan batin guna mencapai kehidupan yang
lebih berbahagia sesua dengan ketinggian martabat kemanusiaan.
Itu
semua hanya bisa dicapai melalui ijtihad dan jihad yaitu upaya dan perjuangan
seluruh bangsa maupun oleh setiap warganegara sebagai individu
BAB V
ASPEK RELIGIUS-SPIRITUAL
DALAM EKONOMI PANCASILA
Ace
Partadiredja
Pendahuluan
Dengan membaca judul di atas
beberapa pembaca mungkin mengerutkan kening dan bertanya dalam hati.
Orang
ekonomi ini mau kemana dan mau apa.
Betapa
tidak.
Penulis
dapat diangap telah menyempet bahaya, menyempret tapal balas terlarang, atau bahkan
melanggar daerah terlarang.
Namun demikian, penulis bukanlah
orang pertama yang melanggar tabu.
Di
negara-negara yang sudah maju, yang ilmunya sudah sedemikian tingginya juga
selalu ada yang melanggar daerah terlarang ini.
Misalnya
apabila penyelidikan mengenal apa yang terjadi sesudah seseorang manusia itu
meninggal merupakan daerah terlarang, maka beberapa orang dokter (tabib) telah
menyelidiki apa yang terjadi di ambang pintu kematian, apa yang terjadi pada
seseorang yang sudah dinyatakan meninggal secara klinis, atau bahkan yang sudah
lama meninggal.
Semua
itu dilakukan pada lembaga-lembaga dan universitas-universitas di negara-negara
yang materialisme-komunitas sekalipun telah menyempret-menyempret wilayah tabu
ini.
Tentu sajalah perbuatan menyempret
tapal batas terlarang itu, apalagi melanggar dan memasuki daerah terlarang itu
menghadapi berbagai tantangan , celaan, caci maki, pengorbanan nama dan jabatan
dan bahkan kehidupan.
Demikianlah
seseorang Socrates, Galilieo, Al Hallaj, Suhrawardi, Robert Koch, J.B Rhine,
dan lain-lainya telah mengami perlakuan pahit paling tidak caci maki, kelahiran
ilmu atau penemuan baru seringkali disertai pengalaman yang pedih.
Disamping
kegagala0-kegagalan para pelanggar tapal batas itu, ada juga keberhasilan yang terhormat.
Velikosky,
seorang, dokter yang masuk wilayah astronomi akhirnya dihormati bahwa pendapatnya dibidang astronomi masih
tahan uji terhadap serangan-serangan astronomoers, deng meluncunya beberapa
satelit penelitian ke angkasa luar.
Demikian
itulah resiko para pelanggar batas.
Penulispun
menyadarinya
Tidaklah mudah untuk menyempret
tapal batas daerah aspek religius dan spiritual perekonomian suatu negara.
Aspek
religius spiritual ini adalah domain ahli-ahli agama, dan penulis sama sekai
bukan ahlinya.
Tambahan
pula karena adanya berbagai agama dan kepercayaan yang disamping
persamaan-persamaannya ada juga perbedaan-perbedaannya, yang menjadi pemikiran
penulis adalah bagaimana menyajikan uraian ini tanpa berubah menjadi suatu
pekabaran kitab suci atau suatu dakwah agama yang jadi tugas para ulama dan
rohaniwan.
Penulis
berusaha untuk mulai dari ruang lingkup ilmu ekonomi dan perekonomian
sebagaimana diakui ahli-ahli ekonomi, sampai ruang lingkup yang paling luas
seperti dianus oleh Intitutional economists
Tujuan
dan Sasaran
Dalam rencana Pembangunan Lima Tahun
Ketiga, disebutkan bahwa tujuan pertama Repelita adalah “meingkatkan taraf
hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil”
Sasaran
pembangunan tergantung pada masing-masing sektor dan sub sektor.
Misalnya
dala sektor pertanian dan pengairan sub sektor tanaman pangan, sasaran produksi
beras tahun 1980 adalah 18,4 juta ton.
Pembangunan
jangka panjang yang meliputi 25 sampai dengan 30 tahun telah pula menetapkan
arah dan sasaran pembangunan.
Arahnya
adalah pembangunan manusia sutuhnya, lahirnya dan batinlahm hidup di dunia dan
kebahagian di akherat .
Sasaran
terdapat pada masing-masing bidang ekonomi, agama, dan kepercayaan, politik san
pertahanan keamanan.
Sekian
itulah yang terdapat dalam GBHN dan Repelia III
Banyak orang mungkin tidak
memperdulikan pencapaian tujuan ai tujuan dan sasaran akhir kehidupan manusia
ini memang akhir ini banyak orang hanya memeperhatikan tujuan hari ini, tujuan
kebendaan selama tinggal dikulit planet ini, bahkan dengan mengorbankan tujuan
akhir yang lebih jauh.
Namun
itu semua adalah hak masing-masing orang, juga buahnya akan dipetik
masing-masing orang.
Keadaan yang jelas mengenai tujuan
dan sasaran akhir kehidupan manusia ini memamng tidak dapat digambarkan dengan
kata-kata yang amat tidak memadai ini.
Kalaupun
ada yang mengambarkanny orang yang menerima dapat mempunyai persepsi yang
berbeda-beda.
Ada
pula yang mungkin salah tangkap, salah pengertian sehingga timbul sangakaan
yang bukan-bukan terhadap orang yang melukiskannnya.
Berapa
banyak “martyr” yang jadi korban kesalah pahaman ini, kesalahpahaman ini sudah
terjadi, sedang terjadi dan akan terus terjadi selama tingkat perkembangan
spiritual manusia belum sampai kesuatu tahap yang memungkinkan untuk memahami.
Seringkali
tujuan akhir ini dilukiskan dengan untaian kata-kata yang indah menawan hati
bagi yang dapat memahaminya, namun seperti berbeli-belit bagi yang tidak dapat
memahaminya.
Pembangunan
Untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu seperti kenaikan pendapatan perkapita “employmen” sampai suatu
persentase tertentu, dalam perekonomian pancasila dan juga dalam perekonomian
negara-negara lain dibuatkan rencana dan dilaksanakanlah pembangunan berjangka.
Pembangunan
dan perkembangan ekonomi sebenarnya sudah berjalan, seperti kita saksikan
hasilnya di negara-negara yang sudah berkembang sekarang ini.
Tapi
tanpa rencana pembangunan nasional proses pembangunan ini dirasa lambat.
Pembangunan
perekonomian adalah usaha untuk mempercepat tercapainya tujuan.
Aspek spritual juga sejalan dengan
itu.
Untuk
mempercepat tercapainya tujuan akhir kehidupan manusia harus ada pembangunan
spiritual.
Sebenarnya
istilah pembangunan dalam dunia kebendaan ini digunakan agak terlambat.
Istilah
pembangunan dalam dunia spiritual sudah digunakan ribuan tahun yang lampau.
Kalau
dalam dunia materi dikenal istilah development growth, change, improvement,
pembangunan , perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan maka dalam dunia
spiritual dikenal istilah development, growth, unfoldment, perfection,
enlightenment, dan evolution.
Segi
spiritual sebenarnya mengharuskan perkembangan atau penyempurnanaan tiga aspek
manusia yaitu, body, mind and spirit.
Dari sejarah perkembangan ilmu kita
mengetahui bahwa manusia telah mencurahkan perhatinya pada perkembangan tubuh
jasmaniah dan kemampuan berpikirnya,
Sarjana-sarjana
yang memepelajari bologi dan biometrika mengenal baik tokoh-tokoh Charles
Darwin, Sir Francis, Galton, Fleming Jenkin, Lamarck, Johann Gregor Mendel,
Karl Pearson, W.F.R Weldon, De Vries, Tschermak, Corred, Paul Kammere, Arthur
Kostler, dan Thomas Hunt, Morgan yang telah tekun meneliti proses evolusi segi
kebutuhan mahluk hidup.
Ada
suatu saat dalam sejarah ilmu, bahkan manusia ini tidak lain dari sebuah mesin
yang kompleks,, dan mesin yang berkembang terus menuruti hukum evolusinya
sendiri.
Segi
spiritual sama sekali tidak diakui, sampai pada suatu waktu tertentu terbentur
pada ditemukannya gelaja-gejala (phenomeria) yang tidak dapat diterangkan dengan
ilmu-ilmu yang ada.
Pandangan
mekanistik ini sudah sedemikian parahnya sehingga dikalangan mereka sendiri
timbul keraguan.
Seperti
juga pembangunan lahirlah kebendaan yang banyak halangannya yang bisa dihambat
oleh perbuatan orang-orangnya yang justru malah memperlambat dan menjauhi
pencapaian tujuan, maka pembangunan spiritual juga banyak hambatnnya, dengan
kata lain banyak tindakan yang justru menjauhi dan memperlambat pencapain
tujuan akhir kehidupan manusia.
Perbuatan
seperti ini disebut umum sebagai perbuatan melanggar hukum, perbuatan yang
menghambat evolusi bahkan memundurkan proses evolusi meneurunkan derajat
manusia.
Disini
tidak akan digunakan “jargon” agama, karena sudah terlalu dikenal orang.
Berikut
ini akan dikemukakan segi hukum pembangunan aspke spiritual.
Hukum
Pembangunan Aspek Spiritual
Kita semua mengetahui bahwa untuk
mencapai tujuan pembangunan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, kita
harus berusaha, berbuat, bekerja sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang
memungkinkan pencapaian tujuan tersebut.
Setiap
perbuatan, kebijaksanaan, progran dab lain-lainnya yang menyimpang dari itu
akan menjauhkan kita dari tujuan yang ditetapkan bahkan mungkin akan dialami
suatu kemunduran, dan baik orang yang berbuat maupun masyarakat seluruhnya akan
menderita karenanya atau dengan istilah yang agak janggal akan “ memetik
buahnya” .
Ini sebenarnya merupakan suatu hukum yang tdiak
dapat diubah (immutable) dan mesti terjadi.
Contoh
konkrit perbuatan yang menyimpang yang akan mengundurkan kembali proses
pembangunan adalah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, ketidakberesan
administrasi, kemalasan, kekurang disiplin kerja dan lain-lainnya.
Ketiga
aspek pembangunan ekonomi Pancasila, body,mind, and spirit mempunyai hukum yang
persis itu pula.
Apabila
manusia berusaha sesuai dengan hukum pembangunan ini, maka tujuan evolusi
spiritual akan tercapai segera dan apabila manusia bertindak menyimpang dari
ketentuan hukum maka tujuan akhirnya tidak akan tercapai.
Dalam literatur tasawwuf islam
kebijaksanaan, perbuatan, program yang menyimpang dari hukim perkembangan
spiritual ini di anggap merupakan penyakit.
Dalam
daftar mereka tercantum sebagai berikut.
1.Kikir
2.Serakah,
gila harta, mata duitan, pikiran yang dikuasiai kebendaan sampai melupakan
nilai-nilai yang lebih tinggi
3.Dholim
terhadap sesama manusia, terhadap bawahan : penyalahgunaan kekuasaan, dan
penekan terhadap sesama dan bawahan
4.Bodoh
dalam segala hal dan tidak berusaha untuk memeperbaiki diri.
5.Hasud,
berniat dan mengharapkan sesuatu kecelakaan atau bencana terhadap orang lain
6.Ujub
artinya mengakui suatu keberhasilan sebagai jasa sendiri tanpa bantuan Tuhan
7,Riya
artinya berbuat dengan motif agar dipuji orang lain
8.Takkabur,
menyombongkan diri
Ketiga-tiganya
(No 6s/d 8) disebut penyakit jubburiya yang meluas terhadap dimasyarakat
9.Syahwat
10.Mudah
marah
11.Suka
menghina
12.Menipu
13.Mempergunjingkan
keburukan orang lain demi kesenangan dan kepuasan diri
14.Mencuri,
korupsi
15.Malas
16.Putus
asa dari rahmat Tuhan
17.Suka
menghasut
18.Nifaq,
lain di mulut lain di hati
19.Khauf,
cemas, phobi
20.Pengecut
(jubun)
Dan
banyak lagi yang tidak disebutkan disini
Sebagai
lawannya tentu saja ada perbuatan-perbuatan yang positip yang seharusnya
dikerjakan manusia.
Yang
diakui semua agama dunia adalah cinta kasih (compassion, love, mahabbah)
Disinilah nampak konflik antara jangka pendek dan jangka panjang.
Searakah
mungkin akan membawa seseorang pada kekayaan sehinggan terpenuhilah tujuan
jangka pendeknya.
Tapi
dalam jangka waktu panjang tujuan akhir kehidupannya akan makin jauh, artinya
dia mundur kembali.
Sebagai
buah kemunduran itu dia akan mengalami suatu penderitaan.
Sebaliknya
seseorang yang melakukan cinta kasih mungkin dalam jangka waktu pendek akan
kehilangan kekayaan sehingga tidak tercapailah tujuan jangka pendeknya
Motivasi
Perbuatan
Motivasi perbuatan atau dengan
istilah teknik agama islam disebut “niyat” adalah tenaga yang ada dalam diri
setiap manusia yang mendorong untuk berbuat atau tidak berbuat.
Antara
tujuan pengembang , jalan mencapai tujuan dan motivasi perbuatan ada hubungan
yang saling menjalin.
Lengkapnya
setiap manusia berkembang ke arah satu tujuan melalui tujuan yang
bertingkat-tingkat dan didorong oleh suatu motivasi.
Motivasi ada dalam hati setiap
manusia.
Pada tingkatan
perkembang yang masih renda, motivasi sering tidak disadari dalam hampir setiap
perbuatan dengan kata lain hampir setiap perbuatannnya sudah “stereotyped” dan
tradisonal malah kadang-kadang sudah turun-temurun.
Dalam percakapan sehari-hari motivasi ini dinyatakan dengan berbuat karena
Dalam percakapan sehari-hari motivasi ini dinyatakan dengan berbuat karena
Tenaga pendorong perbuatan dapat
berupa
1.Kebendaan
2.Keadan,
pengalaman
3.Kemanusiaan
4.Netral,
perbuatan itu sendiri
5.Hukum
perkembangan
6.Ke
Tuhanan
Manusia
berbuat atau tidak berbuat dengan dorongan atau karena sesuatu yang dapat
dilihat , diraba atau substitusinya.
Bentuk
sehari-harinya dalah uang, logam, macam-macam tanah, penjara, rumah, kendaraan
dan lain-lain.
Tingkatan yang hanya sedikit lebih
tinggi dari pada yang diatas adalah motivasi keadaan atau pengalaman yang
sifatntya sudah agak abstrak.
Dikatakan
hanya sedikit lebih tinggi karena efeknya masih bersifat kebendaan, tapi sudah
abstrak.
Manusia
dapat berbuat sesuatu karena menginginkan pangkat atau kedudukan yang lebih
tinggi : atau tidak berbuat sesuatu karena takut diturunkan pangkat atau
dicopot dari jabatan
Nampaknya yang paling banyak dialami
manusia adalah motivasi karena sesama manusia berupa pujian dan celaan,
pendapat baik dan burk.
Dikatakan
paling banyak karena motivasi ini amal “volatile” mudah berubah, amat
subyektif, tapi menyenangkan dan atau berbahaya.
Tidak banyak berbeda dengan daya
dorong di atas adalah motivasi netral
Istilah
ini mungkun tidak tepat tapi yang bermaksud berbuat atau tidak berbuat sesuatu
karena perbuatan itu sendiri
Kesimpulan
Manusia mempunyai satu ajaran akhir
yang lebih jauh dari pada sekedar mengejar suatu tingkat pendapatan atau
produksi tertentu.
Tujuan
akhir ini dicapai melalui suatu proses pengembangan, evolusi, atau pembangunan
yang sepanjang evolusi ini akan dicapai tahap-tahap tertentu.
Pembangunan
atau evolusi ini meliputi aspek “body, mind, and spirit” atau tubuh jasmaniah,
kemampuan intelek (berpikir) dan ruh.
Serangkaian hukum berlaku dalam pembangunan ini.
Serangkaian hukum berlaku dalam pembangunan ini.
Akhirnya
setiap usaha dalam pembangunan ini didorong oleh suatu motivasi tertentu.
Posting Komentar untuk "Resume Ekonomi Pancasila"